Perbaikan Jembatan Juwana, Bupati: Rekayasa Lalu Lintas Minimalkan Kerusakan Jalur Alternatif
BERITAPATI.COM – PATI,
Perbaikan jembatan Juwana rencananya akan dimulai pada bulan Mei. Perbaikan Jembatan Juwana ini merupakan bagian dari proyek penggantian dan/atau penduplikasian 37 jembatan Callender Hamilton (CH) se-Pulau Jawa oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Terkait hal ini, Bupati Pati Haryanto menggelar rapat koordinasi dengan penyedia jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kepolisian, Dinas Perhubungan, dan beberapa unsur terkait lain.
Rapat ini dilangsungkan di Ruang Joyokusumo Sekretariat Daerah Kabupaten Pati, Selasa (19/4/2022).
“Ini koordinasi pertama. Perlu dilakukan karena pembangunan, pembongkaran Jembatan Juwana ternyata (jadwalnya) maju setelah lebaran, yaitu di bulan Mei. Perlu dibahas agar tidak terjadi kemacetan panjang saat pembangunan nanti,” kata Haryanto.
Menurut Bupati, antisipasi kemacetan perlu dilakukan sedini mungkin. Sebab Jembatan Juwana yang berada di Jalur Pantura merupakan jalur ekonomi utama.
Terlebih, proyek pembangunan jembatan ini bersamaan dengan pembangunan ruas jalan nasional antara Juwana sampai Batangan sepanjang kurang-lebih 1,3 kilometer.
“Kamis nanti diadakan simulasi, rekayasa (lalu-lintas) agar kita tahu titik kemacetan yang paling crowded itu dimana. Karena jembatan Juwana ini adalah jalur ekonomi, jalur pantura. Kemudian ada alternatif di sebelah selatan namun belum memadai karena tidak bisa dipakai dua lajur, kecuali mobil kecil baru bisa,” kata dia.
Menurut Haryanto, hasil kajian dari simulasi itu nantinya akan jadi pedoman untuk penerapan rekayasa lalu lintas selama dilakukannya perbaikan jembatan dalam kurun waktu delapan bulan.
“Ini juga untuk meminimalisir (risiko) rusaknya jalur alternatif. Karena nanti pasti ada jalur alternatif. Tadi sudah disampaikan, antara Jaken-Jakenan sampai Glonggong kan jalur alternatif. Namun itu hanya untuk mobil pribadi dan sepeda motor,” tutur dia.
Haryanto berharap, upaya antisipasi ini bisa efektif mencegah kemacetan.
“Yang jelas, waktu pembangunan sampai 8 bulan, karena jembatan itu dibongkar total, kemudian dibangun baru. Harus ada simulasi dulu sebelum jembatan dibongkar, kita buat rekayasa (lalu lintas) sehingga kita tahu titik kemacetan. Jangan sampai sudah dibongkar, macet total, jadi problem, baru ada penanganan. Kita antisipasi jangan sampai terjadi kemacetan,” tandas dia.
Fatoni, Koordinator Penggantian Jembatan CH Jateng, mengatakan bahwa Jembatan CH di Pulau Jawa, termasuk Jembatan Juwana, perlu diganti karena rata-rata usianya sudah 50 tahun.
“Secara konstruksi kekuatan sudah berkurang, sehingga dari Kementerian PUPR ada kebijakan penggantian. Daripada nanti ujug-ujug (tiba-tiba) terjadi fail, kerusakan, ambruk, seperti kemarin terjadi di Pekalongan, maka ada penggantian jembatan ini,” tutupnya.
(*)