Salahuddin Husein yaitu Dosen Teknik Geologi UGM mengatakan, bahwa Bentangan Sesar Naik Pati atau Pati Thrust bisa memicu gempa mulai dari Semarang ke arah timurlaut hingga Blora, Lasem, Rembang dan Tuban.
Sesar tersebut berada di selatan Kabupaten Pati, Jawa Tengah dari arah timur laut-barat daya yang memanjang dari arah Pati hingga Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Patithrust diidentifikasi dari berbagai macam data, seperti data geologi, kegempaan, dan dari Global Positioning System (GPS) yang diukur dengan atau dari satelit.
Sesar Pati adalah sesar dengan kelurusan yang panjang, dengan arah baratdaya timurlaut. Dan di dalam penjelasannya terkait sesar tersebut, menjadi nama Pati Thrust dikarenakan adanya mekanisme anjak atau terdorong naik ke permukaan di daerah perbukitan di Sukolilo, Pati yang dianggap sebagai sebuah sesar.
Sesar Naik Pati tersebut merupakan sesar aktif yang patut diwaspadai. Sesar ini memiliki magnitudo tertarget mencapai M 6,5 dengan laju pergeseran sesar sebesar 0,1 mm per tahun.
Mengingat kejadian lalu, yaitu pada 18 Desember 2019 sudah terjadi tiga kali gempa di wilayah antara Pati, Lasem, dan Blora. Gempa pertama memiliki magnitudo M 2,9 pada tanggal 18 Desember 2019 pukul 12.19WIB.
Kemudian Gempa kedua terjadi dengan magnitudo M 2.7 pada 18 Desember 2019 pukul 20.33.04 WIB dan gempa ketiga terjadi pada 25 Desember 2019 dengan magnitudo M 3,6 terjadi pada pukul 16.11.58 WIB.
Sedangkan ditarik kebelakang lebih jauh lagi, pada tahun 1836 gempa merusak di daerah Rembang hingga Tuban hingga mencapai skala intensitas VII MMI dan pada tahun 1847 gempa merusak daerah Lasem dan sekitarnya, dan gempa ini bersumber dari Sesar Naik Pati.
Dan pada tahun 1890, gempa kuat melanda Pati dengan magnitudo M 6,8 terjadi. Gempa dangkal ini menyebabkan guncangan sangat kuat menimbulkan kerusakan yang parah mencapa skala intensitas VI-VII MMI dengan radius kerusakan mencapai sekitar 500 km.
Dilihat daria sisi energi atau magnitudo gempa, Pati Thrust relatif tidak sebesar Megathrust karena ada perbedaan mekanisme pensesaran, kalau Megathrust dapat menyimpan potensi gempa bumi dengan kekuatan besar karena adanya pergeseran lempeng-lempeng di kerak Bumi, sedangkan Pati Thrust merupakan “sobekan” di dalam lempeng yang bergerak setiap tahunnya.
“Kalau Pati Thrust hanya batuannya saja yang bergerak, sedangkan Megathrust itu batas antar-lempeng besar yang bergerak,” ungkap Salahuddin.
Dengan adanya wacana dan kejadian masa lampau yang pernah terjadi, masyarakat dan pemerintah di wilayah sesar tersebut harus melakukan berbagai langkah mitigasi, sosialisasi dan edukasi terhadap baik antisipasi maupun perlindungan.
/Tim.